Tulisan ini saya olah dari buku LIMA BAHASA CINTA karangan Gary Capman, penerbit Kanisius Yogyakarta, entah tahun berapa. Yang pasti tulisan ini saya buat sudah lebih dari 10 tahun yang lalu, ketika masih aktif mendampingi teman-teman yang akan memasuki jenjang perkawinan. Dari pada terus-terusan berbicara tentang kristik, takutnya membosankan. Sesekali kita pikirkan yang lain. Semoga tulisan ini berguna.

Romantika Perkawinan
Jatuh Cinta dan Nasibnya


Untuk pasangan-pasangan
yang ingin tetap harmonis
dalam perkawinan mereka


Sebagian besar pasangan memasuki perkawinan melalui jalan dan pengalaman jatuh cinta. Saat seseorang bertemu dengan orang lain yang potongan fisik dan sifat kepribadiannya cukup kuat untuk menciptakan setrum listrik di hati dan menggugah cintanya, ia sedang berproses tenggelam dalam pengalaman jatuh cinta. Pada puncak proses itu, ia akan mengalami kebahagiaan dan kesegaran jasmani maupun rohani.

Secara emosional, dalam pengalaman jatuh cinta, orang terobsesi satu dengan yang lainnya. Yang ada dalam hidup orang bersangkutan hanyalah hasrat untuk selalu bersama dengan kekasihnya. Pada saat itu, orang mempunyai bayangan bahwa kekasihnya adalah sempurna. Tidak ada satupun yang buruk pada sang kekasih. Kemudian, orang mulai memimpikan perkawinan yang membawa kebahagiaan. Perbedaan dan kesulitan yang akan datang pasti akan dapat diselesaikan bersama.

Pada umumnya, orang mempercayai bahwa apabila ia sungguh jatuh cinta, keadaan itu akan bertahan seumur hidup. Sayang sekali, keabadian pengalaman jatuh cinta itu hanyalah khayalan. Para ahli menyimpulkan, obsesi romantis jatuh cinta paling-paling bertahan selama dua tahun. Bagaimanapun akhirnya orang harus turun dari awang-awang ke bumi kenyataan. Saat itulah mata orang mulai dapat jelas-jelas melihat kekurangan pasangannya.

Gagasan bahwa obsesi romantis akan bertahan selama-lamanya adalah keliru. Jatuh cinta memberikan bayangan bahwa seseorang memiliki hubungan yang intim, merasa memiliki satu sama lain. Orang menjadi altruistis, mau melakukan apapun demi kebaikan pasangan. Sebaliknya, ia pun yakin bahwa pasangan mau melakukan yang sama terhadap dirinya. Bayangan ini sebenarnya mengada-ada karena tidak realistis. Lupa diperhitungkan bahwa orang pada dasarnya egosentris, memusatkan segala sesuatu untuk dirinya, dan tidak akan dapat sepenuhnya altruistis, hanya demi orang lain. Ketika pengalaman jatuh cinta memudar, sifat asli itu mulai muncul. Sedikit demi sedikit keintiman menghilang, dan sebagai gantinya muncullah hasrat-hasrat, emosi, pikiran dan tingkah laku pribadi.

Beberapa ahli mengusulkan pengalaman jatuh cinta jangan disebut sebagai cinta. Pertama, karena itu bukan tindakan kemauan atau pilihan yang dilakukan secara sadar. Lebih tepat kalau disebut kesengsem. Kedua, karena hal itu terjadi tanpa usaha. Ketiga, karena sesungguhnya belum mengandung minat untuk memupuk kebaikan atau pertumbuhan pribadi orang yang digandrunginya. Orang merasa sudah berada di puncak tertinggi kebahagiaan hidup, tidak perlu kekasihnya berkembang karena ia sudah sempurna. Satu-satunya yang diinginkan adalah berharap agar sang kekasih tetap sempurna.

Jatuh cinta adalah perilaku ingin kawin yang secara naluriah sudah ditentukan secara genetis. Menurut Dr. Peck, jatuh cinta adalah respon stereotip manusia terhadap suatu konfigurasi dorongan-dorongan seks internal dan stimuli seksual eksternal, yang meningkatkan kemungkinan penyatuan dan keterikatan seksual sehingga mempertinggi kelestarian spesies.

Walaupun obsesi jatuh cinta tidaklah abadi, orang-orang tetap menganggap penting untuk memulai perkawinan dengan pengalaman ini. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan setelah obsesi itu kandas? Generasi lama memilih untuk menjalankan perkawinan penuh dengan penderitaan. Generasi baru memikirkan jalan untuk melompat keluar dari neraka itu.

Orang tidak harus memilih satu dari dua pemecahan itu. Ada pemecahan ketiga. Orang bisa menerima pengalaman jatuh cinta sebagaimana adanya, teler emosional sementara, dan mulai memperjuangkan cinta sejati. Cinta sejati bersifat emosional tetapi tidak obsesional, kesatuan emosi dan pikiran sehat. Untuk mendapatkan cinta yang demikian, diperlukan kemauan yang kuat dan disiplin, serta kesadaran akan perlunya pertumbuhan diri.

Usaha untuk mendapatkan cinta sejati berpangkal dari keputusan atau pilihan untuk mencinta. Dalam perkawinan cinta berarti, "Aku menikah denganmu, dan aku memilih untuk mengurus semua kepentinganmu." Kemudian, orang itu akan mencari cara-cara yang pantas untuk mengungkapkan pilihan dan keputusan tersebut.

Apakah cinta seperti itu masih mempunyai romantika atau tidak kering? Kebutuhan emosional untuk cinta harus dipenuhi kalau orang ingin perkawinan yang 'basah' atau romantis. Untuk itulah ditawarkan pembahasan mengenai lima bahasa cinta.
Menjaga agar Tangki Kasih
selalu Penuh


Hampir setiap orang setuju bahwa cinta memainkan peran utama dalam kehidupan. Orang bijak berkata, "Cinta membuat dunia ini berputar." Para psikolog menyimpulkan bahwa merasa dicintai merupakan kebutuhan emosional primer manusia. Demi cinta orang rela mendaki gunung, menyeberangi lautan, dan melintasi rimba raya. Setiap anak mempunyai kebutuhan emosional mendasar akan kasih sayang agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang seimbang. Mengenai anak-anak ini digunakan metafor atau gambaran, "Dalam diri setiap anak terdapat tangki emosional yang ingin diisi dengan kasih sayang." Apabila seorang anak merasa sungguh-sungguh dicintai, tangki cintanya penuh, ia akan berkembang secara normal. Sebaliknya, bila tangki itu tidak diisi oleh orang tuanya, mereka akan mencari pengisinya yaitu kasih sayang di tempat-tempat yang salah dan sering dengan cara-cara yang salah pula.

Merasa dicintai bukan hanya kebutuhan emosional pada masa kanak-kanak. Kebutuhan itu mengikuti setiap orang seumur hidupnya. Dalam inti keberadaan manusia terdapat hasrat untuk bergaul intim dan dicintai oleh orang lain. Hasrat itu tidak akan pernah pudar, seperti mobil selalu membawa tangki bahan bakarnya dan selalu membutuhkan untuk diisi.

Inti dari hasrat perkawinan juga adalah kebutuhan untuk merasa dicintai, tentu saja oleh pasangan. Perkawinan dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan keintiman. Kitab kejadian mengistilahkan perkawinan sebagai 'tubuh yang menyatu'.

Bila kemudian tragedi perkawinan terjadi, impian untuk hidup bahagia selamanya telah diremukkan oleh dinding keras realita, mungkin tangki cinta pasangan-pasangan itu telah kosong. Sering orang mengeluh, "Cinta kami sudah lenyap, hubungan kami sudah mati. Dulu kami merasa dekat, tetapi sekarang tidak. Kami tidak lagi menikmati saat-saat bersama. Kami tidak memenuhi kebutuhan satu sama lain."

Menjaga agar tangki cinta tetap penuh dalam sebuah perkawinan, sama pentingnya dengan menjaga penuhnya isi tangki bahan bakar mobil. Namun, harga yang harus dibayar untuk menjalankan perkawinan dengan tangki cinta yang kosong, jauh lebih mahal daripada sekedar lupa mengisi bahan bakar mobil.

Apa yang Terjadi
pada Cinta
Setelah Pernikahan?


Keinginan mendapat cinta yang romantis dalam suatu perkawinan menjadi dambaan setiap orang. Namun nampaknya hanya sedikit saja pasangan yang menemukan rahasia bagaimana tetap menghidupkan cinta mereka setelah pernikahan. Berbagai pemecahan yang ditawarkan oleh majalah dan buku-buku, sepertinya tidak berbuah banyak. Rupa-rupanyanya, orang telah mengabaikan satu kenyataan fundamental bahwa setiap orang berbicara dalam bahasa cinta yang berbeda-beda.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang biasa berbicara dengan bahasa primer atau bahasa ibu. Bagi sebagian besar penduduk pedesaan di Jawa Tengah, bahasa primernya adalah bahasa Jawa. Jika kebetulan orang yang hanya bisa berbahasa Jawa harus bertemu dengan orang yang hanya bisa berbahasa bahasa Sunda, komunikasi mereka menjadi sangat terbatas.

Dalam kehidupan mencinta, terjadi hal yang sama. Masing-masing orang mempunyai bahasa emosional cinta yang utama atau primernya sendiri-sendiri sebagai akibat bentukan masa lalunya. Bisa saja terjadi, atau bahkan sangat sering terjadi, bahasa cinta primer antara suami dan istri tidaklah sama. Akibatnya kesungguhan cinta suami-istri tidak dapat ditangkap satu sama lain sehingga seolah cinta sudah tidak lagi mewarnai hubungan mereka.

Sekarang menjadi jelas, kalau seorang istri ingin supaya cintanya dapat ditangkap oleh suaminya, ia harus mempelajari bahasa cinta suaminya. Begitu pula sebaliknya. Begitu suami-istri sudah mampu mengenali dan belajar berbicara dalam bahasa cinta primer pasangannya, mereka sudah menemukan kunci memasuki perkawinan yang panjang dan penuh kasih sayang.

Dari seribu satu cara yang telah ditawarkan berbagai buku dan majalah, bisa disimpulkan sebenarnya hanya ada lima bahasa cinta primer yang utama. Dalam berbagai variasinya kelima bahasa cinta primer itu adalah (1) kata-kata pendukung, (2) saat-saat berkesan, (3) menerima hadiah-hadiah, (4) pelayanan, dan (5) sentuhan fisik. Masing-masing orang mempunyai bahasa cinta primer satu dari antara lima ini.

[Untuk baca bagian lain klik judul-judul ini ... Jatuh Cinta dan Nasibnya: Jatuh cinta dan nasibnya: bagaimana menjaga agar cinta kasih tetap hangat. Bahasa Cinta Pertama: kata-kata yang mendukung. Bahasa Cinta Kedua: saat-saat mengesan. Bahasa Cinta Ketiga: menerima hadiah-hadiah. Bahasa Cinta Keempat: pelayanan. Bahasa Cinta kelima: Bahasa sentuhan fisik.]
Add to Cart
For PDF pattern only. The file will send directly to your email. Including the instruction sheet detailing color of fabric, sizes, a complete color listing (number of skeins to purchase)


info harga terbaru dan harga paket (kits) silahkan hubungi:
masdriyo@gmail.com
Whatsapp chat | Messenger
Send pictures to convert